Friday 21 January 2011

Jangan Abaikan Gizi Anak Usia Sekolah

KOMPAS.com - Sebagai orangtua, tentu kita tak bisa mengabaikan nutrisi dan gizi anak agar ia tumbuh optimal. Akan tetapi, perhatian orangtua terhadap kebutuhan nutrisi anak seringkali terabaikan begitu ia memasuki usia sekolah. Padahal, perkembangan anak tidak berhenti di usia 5 tahun, tapi terus hingga usia 18 tahun.

Menurut pengamatan dr. Samuel Oetoro, Sp.GK, kebanyakan orangtua menganggap kebutuhan nutrisi anak usia 5-18 tahun serupa dengan orang dewasa sehingga tidak perlu perhatian khusus. Selain itu, faktor anak yang sulit makan juga membuat anak di usia sekolah mengalami kerawanan nutrisi, baik kekurangan (malnutrisi) atau kelebihan gizi (overnutrisi).

Anak-anak yang termasuk picky eater (pemilih) cenderung hanya mau makan dengan menu yang sama setiap hari sehingga miskin dari kandungan gizi. Sebaliknya anak yang obesitas memiliki pola makan berulang-ulang, tidak terjadwal, dalam porsi besar, dan minim aktivitas.

Pada kesempatan terpisah, dr.Fiastuti Witjaksono MS, SpGK, mengatakan pola makan anak akan memengaruhi pola makannya di usia dewasa kelak. "Bila sejak kecil anak tidak dibiasakan makanan sehat, saat dewasa ia juga menolak makanan yang sehat," katanya.

Karena itulah peran orangtua sangaat penting untuk mengarahkan pola makan anaknya untuk mendapatkan makanan kaya nutrisi. Misalnya saja dengan menyediakan variasi menu yang sehat, membawakan bekal ke sekolah, serta membiasakan anak untuk makan bersama.

Para ahli mengatakan, mengontrol pola makan anak bila dilakukan lewat kebiasaan makan bersama. Kegiatan makan bersama di meja makan bukan sekadar untuk mengisi perut yang lapar, tapi juga ajang bagi orangtua untuk memberi pengajaran tentang gizi dan disiplin.

Untuk anak-anak usia sekolah, dr.Samuel menyarankan agar orangtua menyediakan makanan yang mengandung energi, seperti karbohidrat, lemak, dan protein, serta vitamin. "Tanpa vitamin, makanan yang diasup tidak akan optimal diubah menjadi energi. Seluruh faktor ini diperlukan untuk pembentukan otot, tulang, sel-sel organ, serta membantu penghantaran informasi di otak," katanya.

Untuk melengkapi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien anak, dr. Samuel menyarankan agar orangtua membiasakan anaknya tetap minum susu. "Susu merupakan salah satu bahan makanan sumber kalsium dan protein yang sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan yang meningkat ini," katanya.

kalsium dan protein merupakan zat gizi kunci untuk pertumbuhan fisik anak karena sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan otot. Protein juga dibutuhkan untuk perkembangan fungsi otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak.

Selain itu, anak sudah menyukai rasa susu sejak masa bayi, susu mudah dicerna dan diserap oleh organ pencernaan anak, dan susu dapat dijadikan media untuk memasukkan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh anak dalam melanjutkan proses tumbuh-kembangnya sampai usia 18 tahun